SUPERMAKSS.COM – Bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulsel Rudy P. Goni gelar Diskusi bersama dengan teman-teman Media dan Organisasi Kepemudaan, Selasa (01/06/2021) di Upnormal Cafe Jl. A. Djemma Kota Makassar.
Dalam pengantar diskusinya RPG menyampaikan bahwa ternyata sosok Soekarno yang kita kenal sebagai proklamator dan Presiden pertama RI ternyata seorang yang menggeluti dunia jurnalistik dan bahkan pernah menjadi seorang redaksi.
“Didalam tulisannya Soekarno selain menggunakan namanya sendiri, Soekarno sering menggunakan nama pena, Bima dan Soemini.
Bung Karno sering memakai nama Bima ketika menulis di Oetoesan Hindia koran milik Tjokroaminoto. Tidak kurang ratusan tulisannya memakai nama Bima, ujar RPG.
Selain di Oetoesan Hindia, Bung Karno juga sering menulis di Soeloeh Indonesia dan Persatuan Indonesia.
Diskusi yang bertemakan “Pancasila Tak Kenal Oleh Waktu” juga menghadirkan Raisuljaiz Sekretaris DPD BMI Sul-Sel, dalam pemaparannya Rais lebih menekankan narasi yang sering dibangun oleh orang yang anti Soekarno, Dimana seolah-olah pada saat sidang BPUPK tanggal 1 Juni 1945, Soekarno hanya menawarkan konsep Trisila dan Ekasila, sementara fakta sejarah menjelaskan bahwa didalam pidatonya, Bung Karno menawarkan Pancasila dengan sila-sila yaitu Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial dan Ketuhanan.
Kalau Pancasila ini terasa berat, maka kita bisa peras menjadi Trisila, yakni Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi dan Ketuhanan Yang Berkebudayaan, dan kalaupun ini terasa berat maka kita memakai Ekasila yakni Gotong royong, ucap Rais yang juga mantan Ketua Cabang PMII, dan Sekretaris GP. Ansor Kota Makassar ini.
Lebih lanjut Rais mengemukakan tantangan Pancasila, dimana hasil riset yang pernah dipublish oleh LSI tahun 2018, bahwa ada sekitar 13,2 % masyarakat Indonesia menginginkan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara diganti menjadi NKRI bersyariat, ini menjadi tantangan tersendiri buat kita semua.
Diskusi ini semakin menarik dimana teman-teman media juga memberikan pendapat dan masukannya sehingga tercapai beberapa kesimpulan antara lain, Pancasila dimasukkan kembali sebagai kurikulum pendidikan diusia dini sampai ke perguruan tinggi, seperti disampaikan oleh Nasrun dari Harian Koran Fajar.
Lain halnya disampaikan oleh Niko dari Koran Sindo, Ardiansyah dari Media Djournalist dan Nasaruddin dari Makassar terkini, lebih menekankan pada aspek sosialisasi secara massif kepada masyarakat selain memasukkan Pancasila sebagai kurikulum pembelajaran di lembaga pendidikan.
Diakhir diskusi RPG mengutip pernyataan Bung Karno, “Hanya ada dua yang bisa menyinari dunia, yaitu Matahari dan Media.(*)
